Jakarta – Kecaman terpilihnya penulis asal Austria, Peter Handke, sebagai peraih Nobel Sastra 2019 tak hanya dilakukan oleh PM Albania maupun Presiden Kosovo saja. PEN America sebagai organisasi kebebasan berekspresi juga mengecam keputusan Akademi Swedia.

“Kami tercengang dengan pemilihan seorang penulis yang menggunakan suara publiknya untuk melemahkan kebenaran sejarah,” ucap Presiden PEN America, Jennifer Egan, dilansir dari BBC, Jumat (11/10/2019).

Peter Handke dinilai sebagai sosok kontroversial karena dukungannya kepada pasukan Serbia selama Perang Yugoslavia tahun 1990-an. Peter Handke juga dikenal dekat dengan mantan pemimpin Serbia, Slobodan Milosevic.

Ia pernah memberikan pidato spesial di pemakaman sang pemimpin pada 2006 yang didakwa melakukan genosida dan kejahatan perang lainnya. Saat itu ia diadili karena kasus kejahatan selama perang.

Akibat hal tersebut, peraih Nobel Sastra lainnya seperti Susan Sontag sampai Salman Rushdie mengecam dukungan Peter Handke. Sejumlah karyanya pun ditolak ditayangkan di teater terkenal Comedie-Francaise di Prancis.

Sosoknya dianggap sebagai pendukung genosida dan membuat masyarakat dunia mengecam keputusan Akademi Swedia memilih dia. Akademi Nobel mengatakan penghargaan diberikan kepada Handke karena karyanya memiliki kegeniusan linguistik dan mengeksplorasi batas-batas maupun keunikan pengalaman hidup manusia.

“Handke merupakan salah satu penulis paling berpengaruh di Eropa setelah Perang Dunia II,” ungkap Sekretaris Tetap Nobel, MatsMalm, kemarin.

Editor: PAR
Sumber: detikhot