Achmad Zaky, CEO dan Pendiri Bukalapak. Foto: Astrid Rahadiani/kumparan
Achmad Zaky, pendiri sekaligus CEO Bukalapak, mengungkapkan rasa prihatin atas kurangnya pendiri startup yang ada di Indonesia. Menurutnya, jumlah pendiri startup di Indonesia begitu kecil ketimbang jumlah populasi yang ada.
“Saya pikir secara umum di Asia Tenggara, kita membutuhkan founder yang hebat. Jika kamu melihat Israel dan Swedia, founder per kapita begitu tinggi. Mereka punya 10 ribu founder. Di Indonesia hanya punya seribu,” kata Zaky, saat mengisi sesi Tech in Asia Conference di Jakarta, Selasa (8/10).
“Jadi, itu celahnya, dengan populasi yang hanya 8 juta jiwa, sedangkan Indonesia punya hampir 300 juta jiwa. Artinya, jumlah founder di Indonesia memiliki celah,” tambahnya.
Founder Bukalapak, Achmad Zaky Saat Mengisi Sesi Wawancara di Tech in Asia Conference 2019, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (8/10). Foto: Abdul Latif/kumparan
Zaky menilai bahwa sebenarnya Indonesia tidak kekurangan sumber daya manusia untuk menjadi raksasa startup digital. Sebagai contoh, dia membeberkan bahwa setiap bulan Bukalapak menerima 20 ribu lamaran pekerjaan, membuktikan bahwa terdapat begitu banyak talenta teknologi di Indonesia.
“Saya pikir, jumlah talenta saat ini cukup tinggi. Sangat banyak orang yang masuk ke perusahaan teknologi saat ini ketimbang sebelumnya,” ujar Zaky.
“Saya ingat lowongan pekerjaan software engineer pertama yang saya posting di Kompas atau Jobs DB, tidak ada tanggapan dalam enam bulan. Itu waktu yang gila, sangat sulit memperkerjakan talenta. Tapi, sekarang kita menerima 20 ribu CV per bulan. 95 persen di antara mereka kami tolak,” beber Zaky.
Zaky menambahkan bahwa ekosistem sumber daya manusia yang semakin besar harus dimanfaatkan oleh perusahaan teknologi yang ada di Indonesia. Di sisi lain, dia menganggap bahwa permasalahan yang ada bukan pada sisi pekerja, namun founder perusahaan.
Platform e-commerce Bukalapak. Foto: Bianda Ludwianto/kumparan
“Saya justru berpikir kalau celahnya ada di sisi founder. Kita memiliki banyak sekali talenta. Saya bisa sebut ITB, UI, atau Binus, mereka setiap tahun melahirkan ribuan talenta yang baik. Masalahnya ada di founder, saya pikir,” ungkap Zaky.
“Kita harus buat supply untuk founder lebih banyak lagi, dan itu berarti kalian (audiens) harus menjadi founder yang baik. Kalian harus buktikan kalau perusahaan kalian dapat berkembang dengan cepat, mendapatkan investasi, dan kemudian menghasilkan keseimbangan,” ungkapnya.
Bukalapak sendiri baru saja meraih investasi anyar dari perusahaan asal Korea Selatan, Shinhan GIB, yang diumumkan pada pekan lalu. Dengan pendanaan itu, valuasi Bukalapak kini melampaui 2,5 miliar dolar AS atau setara Rp 35 triliun.
Editor: PAR
Sumber: Kumparan