Jakarta – Tenaga Ahli Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin berbeda pendapat dengan eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo soal peran TNI dan Polri. Ngabalin mengatakan tidak ada istilah analogi tangan kanan dan kiri seperti yang disampaikan Gatot.

“Tidak ada analogi-analogi tangan kiri tangan kanan. Tidak ada,” ujar Ngabalin saat dihubungi, Senin (6/10/2019).

Eks anggota komisi I DPR yang membidangi pertahanan ini bicara soal posisi TNI dan Polri dalam negara. Kedua institusi ini sama-sama berperan penting bagi negara.

 

“Yang pasti bahwa TNI dan Polri adalah institusi negara. Jadi, kalau dilihat dari ketentuan UU, institusi negara. Selain penegak hukum dan persoalan keamanan dan ketertiban masyarakat, TNI itu adalah tentara rakyat, tentara profesional, sehingga urusan presiden itu adalah urusan yang diatur dalam ketentuan UU,” tutur Ngabalin.

“Jadi tidak bisa diterjemahkan dengan analogi apa pun,” imbuhnya.

Perumpamaan itu disampaikan Gatot saat berbicara mengenai adanya ancaman membenturkan TNI dengan Polri seusai peringatan HUT ke-74 TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (5/10). Gatot mengatakan status TNI dan Polri berubah sesuai dengan keadaan.

“Jadi Polri adalah tangan kanan presiden dalam kondisi tertib sipil, TNI tangan kiri presiden. Tapi, dalam kondisi darurat militer, terbalik, TNI tangan kanan, dan Polri tangan kiri presiden,” kata Gatot.

Menurut Gatot, TNI dan Polri mempunyai peran penting bagi Indonesia. Dia meminta agar TNI dan Polri tidak dibenturkan.

“Jadi dua-duanya memiliki peran penting bagi berbangsa dan bernegara dan jangan mau dibenturkan. Kalau (TNI-Polri) dibenturkan, presiden akan kehilangan kedua tangannya,” tegas dia.

Editor: PAR
Sumber: detiknews