Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat menyepakati prospek penjualan rudal anti-tank ke Ukraina, sesuai isi perbincangan kontroversial Presiden Donald Trump dengan Presiden Volodymyr Zelensky.

Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa pemerintah menyepakati prospek penjualan ini pada Kamis (3/10). Namun, usulan penjualan tersebut masih harus disetujui oleh Kongres.

Badan Kerja Sama Keamanan Kemlu AS (DSCA) mengaku sudah memberikan notifikasi prospek penjualan 150 rudal Javelin dan 10 unit pelontarnya dengan harga US$39,2 juta atau setara Rp553,3 miliar.

“Usulan penjualan ini dapat berkontribusi dalam kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS dengan meningkatkan keamanan Ukraina,” demikian pernyataan DSCA yang dikutip AFP.

Pernyataan itu berlanjut, “Sistem Javelin akan membantu Ukraina membangun kapasitas pertahanan jangka panjang demi melindungi kedaulatan dan integritas wilayah mereka hingga mencapai ketentuan pertahanan nasional.”

Penjualan rudal ini menjadi salah satu pokok bahasan Trump dan Zelensky dalam perbincangan telepon yang akhirnya memicu proses pemakzulan sang presiden AS.

Dalam perbincangan tersebut, Zelensky mengatakan bahwa, “Kami nyaris siap untuk membeli lebih banyak Javelin dari Amerika Serikat untuk keperluan pertahanan.”

Tak hanya masalah rudal, dalam perbincangan itu Trump juga diduga menyalahgunakan kekuasaannya demi melengangkan jalan menuju kursi kepresidenan dalam pemilu 2020 mendatang.

Trump dilaporkan berupaya menjegal langkah bakal calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, dengan meminta Ukraina menyelidiki dugaan korupsi sang anak, Hunter Biden, yang diduga dibuat-buat.

Jika nantinya Trump diyakini melakukan “pengkhianatan, suap, tau kejahatan tingkat tinggi dan pelanggaran ringan” berdasarkan konstitusi AS, Dewan Perwakilan AS dapat langsung melanjutkan proses pemakzulan. (has)

 

 

Editor: PAR
Sumber: CNN Indonesia