POJOKBATAM – Status kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (Free Trade Zone/FTZ) Batam dimanfaatkan sejumlah cukong berburu rente. Salah satunya menyangkut perut rakyat, dengan memanfaatkan harga murah beras di luar negeri dimasukkan ke kawasan FTZ.

“Setelah beras impor itu masuk kemudian “dilaundri”, seolah-olah beras luar itu beras produksi dalam negeri. Caranya, dengan mengganti karung beras merek luar tersebut dengan karung beras merek lokal,” ujar PE, salah seorang pelaku bisnis bergerak bidang forwarding.

Setelah beras sudah dikemas merek lokal, beras tersebut dirembeskan ke wilayah pabean Indonesia di luar Batam. “Untuk merembeskan beras tersebut, tentu melibatkan jaringan. Bagaimana caranya, silakan Anda investigasi,” ujarnya.

Peredaran beras impor di Kota Batam yang begitu bebas ini, berpotensi sangat merugikan petani dan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian nasional. Padahal, salah satu program Presiden Jokowi yang dituang dalam nawacita yaitu kemandirian pangan.

Beranjak dari informasi yang dihimpun, terdapat dua gudang tempat penampungan beras asal Thailand di Batam. Di antaranya di kawasan Tanjungriau dan Batuampar.

Dari informasi yang dihimpun tersebut, beras-beras itu dimasukkan ke gudang tempat menyimpan dengan menggunakan truk kontainer di malam hari.

Salah satu warga Batuampar, yang meminta namanya tak ditulis, menuturkan beras impor yang berada di dalam gudang di kawasan tempat tinggalnya itu, nantinya akan di distribusikan ke pulau – pulau di luar Batam.

“Ada jeda waktu setelah beras itu masuk ke gudang. Beberapa hari kemudian baru dibawa ke luar lagi untuk didistribusikan ke pulau-pulau Bang,” ujar pria tersebut berbincang santai di Jodoh sambil menyeruput kopi di hadapannya.

Dikatakannya, untuk membawa beras impor itu dari gudang penyimpanan, pengusaha beras mendistribusikannya memakai kapal-kapal nelayan melalui pelabuhan tikus yang ada di Kota Batam.

“Tengah malam juga dimuat ke pelabuhan tikus itu. Pengusaha itu main kucing-kucingan untuk mengelabui petugas, dengan mendistribusikan beras ke kapal dengan jadwal yang tidak menentu, berapa hari sekali,” ucap pria itu mewanti wanti agar namanya tidak disebutkan.

Hingga berita ini diunggah, belum ada keterangan dari instansi yang berwenang terkait peredaran beras impor di Kota Batam, Provinsi Kepri. (parna)