Melbourne -Setelah berupaya memperkenalkan industri kuliner Nusantara di Australia, kini sejumlah warga Indonesia melirik industri tekstil dan kerajinan untuk lebih diperkenalkan kepada warga lokal.

Diana Lestari Wibisono baru saja memulai bisnisnya membuat topi hias dan aksesori rambut, yang dikenal dengan sebutan ‘millinery’ yang digabungkan dengan kain batik.

Karya Diana dan beberapa warga Indonesia lainnya ditampilkan di ‘Indonesia Pavilion’, stand khusus yang menampilkan kerajinan Indonesia di ‘The Royal Melbourne Show’ tahun 2019.

“Ide awalnya karena kebetulan ada Melbourne Cup dan saya belum pernah melihat millinery bermotif batik,” katanya kepada ABC Indonesia.

Melbourne Cup adalah kejuaraan berkuda yang juga dihadiri dengan perempuan yang datang dengan gaun-gaun dengan hiasan kepala.

Diana ingin membuat hiasan-hiasan kepala ini berbeda dengan memberikannya sentuhan Indonesia.

Biasanya dalam sehari, ia bisa membuat tiga sampai empat hiasan rambut dalam sehari, tergantung seberapa besar.

“Desainnya dibuat sesederhana mungkin, karena motif batik sendiri juga sudah ramai,” ujarnya.

“Jadi millinery bisa dipadankan dengan gaun-gaun yang biasanya berwarna polos.”


Diana memperkenalkan topi hias dan aksesori rambut yang menggunakan bahan batik untuk Melbourne Cup mendatang. (Foto: ABC News, Erwin Renaldi)

Melihat kreativitas dan potensi inilah KJRI di Melbourne mengajak Diana, Siska dan beberapa perempuan lainnya untuk berpartisipasi dalam ‘The Royal Melbourne Show’.

Bahkan ini menjadi yang pertama kalinya bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam acara tahunan yang sudah digelar selama 170 tahun di kota Melbourne.

Menurut Spica A. Tutuhatunewa, KJRI Melbourne, salah satu tujuan keikutsertaan Indonesia adalah untuk menunjukkan keberagaman budaya yang ada di Melbourne.

“Kebetulan fokus kami adalah sektor ekonomi dan kita punya tagline kreatif ekonomi untuk tahun ini, setelah tahun kemarin menyoroti sektor pendidikan,” kata Spica.

Menurutnya, KJRI terus berupaya membantu mengembangkan bisnis-bisnis warga Indonesia di Melbourne asalkan dijalankan sesuai aturan.

“Satu hal yang penting sekali untuk diperhatikan [dalam] urusan ekonomi adalah di Australia itu sangat ketat dengan regulasi, jangan sampai bisnis Indonesia itu bisnis ilegal.”

Seorang pengacara asal Indonesia di Melbourne sebelumnya pernah menyarankan agar masyarakat Indonesia di Australia berhati-hati dalam menjual makanan lewat jejaring sosial, yang biasanya ditawarkan lewat grup Facebook warga Indonesia di Australia, karena bisa terkena denda AU$ 10.000 – AU$ 20.000 per pelanggaran.

KJRI Melbourne mengatakan salah satu upaya untuk mendukung bisnis warga Indonesia di Australia adalah dengan mengajak mereka ikut berbagai kegiatan, pelatihan, forum dan diskusi yang juga mengundang pelaku sektor ekonomi kreatif lokal di Melbourne.

‘The Royal Melbourne Show’ menampilkan produk-produk peternakan, pertanian, serta kerajinan masyarakat dengan salah satu tujuannya adalah membawa kehidupan di pedesaan ke perkotaan.

Acara tahunan ini diselenggarakan di Lapangan Pacuan Kuda Terbesar di Melbourne, Flemington yang sedang berlangsung sejak 21 September sampai 1 Oktober mendatang.

Simak informasi seputar tinggal, kerja, dan studi di Australia lewat situs ABC Indonesia.

Editor: PAR
Sumber: detiknews