Pojok Batam

Greta Thunberg Marah-marah ke Pemimpin Dunia di KTT Iklim PBB

Jakarta – Pegiat perubahan iklim asal Swedia, Greta Thunberg, meluapkan amarah karena kecewa terhadap para pemimpin dunia dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Iklim Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Senin (23/9).
Melansir Associated Press, Selasa (24/9), aktivis asal Swedia itu menyampaikan pidato kepada para pemimpin dunia selama tiga menit.

Greta awalnya menyatakan bahwa seharusnya ia berada di sekolah, bukan berbicara di pertemuan tersebut. Kemudian ia melanjutkan bahwa para pemimpin mendatangi orang-orang muda hanya untuk memberikan harapan.

“Beraninya Anda. Anda telah mencuri mimpi saya dan masa kecil saya dengan omong kosong Anda. Kita saat ini berada di awal dari kepunahan massal, tetapi yang Anda bicarakan ialah uang dan dongeng tentang perkembangan ekonomi. Anda telah mengecewakan kami,” katanya.

Anggota Proyek Karbon Global sekaligus akademisi dari Universitas Standford, Rob Jackson, menanggapi tindakan Thunberg dalam KTT tersebut.

“Kadang saya merasa bahwa Greta masih berada di depan parlemen Swedia sendirian,” ujarnya.

Kemudian dengan bantuan PBB, Thunberg dan 15 orang aktivis muda lain mengajukan tuntutan resmi terkait lemahnya tindakan pemerintah di seluruh dunia dalam menyikapi pemanasan global yang melanggar hak dasar mereka.

KTT Iklim yang diselenggarakan PBB di New York tersebut dihadiri oleh para pemimpin dunia yang menyuarakan berbagai janji terkait upaya-upaya pencegahan perubahan iklim.

Beberapa negara seperti Finlandia dan Jerman berjanji akan melarang penggunaan batu bara dalam 10 tahun. Sedangkan negara lainnya menyebut berbagai pencapaian tentang netralitas iklim per tahun 2050.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, hanya datang selama beberapa waktu dan tidak meminta untuk berbicara di dalam pertemuan tersebut.

Ia hanya datang mendengarkan beberapa gagasan Kanselir Jerman, Angela Merkel, dan meninggalkan ruangan tanpa berkata apa pun. Meski begitu, ia sempat menjadi perbincangan di dalam KTT.

Trump diketahui berencana untuk mundur dari perjanjian iklim di Paris pada 2015 silam. Terkait hal tersebut, Menteri Luar Negeri China Wang Yi memberikan tanggapan bahwa semua negara harus menghormati komitmen mereka dan mengikuti perjanjian tersebut.

“Pengunduran diri pihak tertentu tidak akan memengaruhi pencapaian koletif dari komunitas di seluruh dunia,” kata Wang.

Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyatakan 77 negara telah berkomitmen dalam netralitas karbon per tahun 2050 dan 70 negara lainnya berjanji untuk berupaya lebih dalam mengatasi perubahan iklim.

Ini juga diikuti dengan 100 pemimpin bisnis dan sekitar sepertiga sektor perbankan global berjanji akan ikut serta dalam ekonomi hijau.

“Aksi demi aksi, gelombang semakin berputar. Kita masih harus menempuh jalan yang panjang. Waktu semakin cepat habis, tetapi belum terlambat,” kata Guterres. (fls/ayp)

Editor: PAR
Sumber: CNN Indonesia
Exit mobile version