Dua tahun lalu, nama Yuma Soerianto pernah membuat Indonesia bangga di mata dunia. Bagaimana tidak, Yuma yang saat itu baru berusia 10 tahun jadi pemenang beasiswa Apple Worldwide Developer Conference (WWDC) tahun 2017. Bocah berdarah Indonesia ini pun jadi pemenang beasiswa yang termuda.
Di awal perjumpaan perdananya bersama CEO Apple, Tim Cook, Yuma membuat bos Apple itu terkagum. Sebab, Yuma berhasil membuat aplikasi ‘Tip Calculator’ dalam penerbangan dari Melbourne menuju acara WWDC di Amerika Serikat.
Aplikasi tersebut bisa digunakan para turis untuk berbelanja di negara lain karena punya fitur konversi mata uang beserta besaran pajak yang harus dibayar.
Setelah dua tahun berlalu, Yuma masih jadi salah satu pengembang aplikasi termuda di dunia. Bahkan jumlah aplikasi yang dibuat Yuma pun semakin banyak. Boleh dibilang Yuma adalah ikon baru untuk anak-anak Indonesia agar fasih memanfaatkan teknologi.
Basra berkesempatan mewawancara Yuma melalui email pada Jumat, 20 September 2019. Berikut isi wawancara dengan bocah penuh semangat ini.
Hai Yuma, ceritakan tentang dirimu dan bagaimana awalnya bergabung jadi iOS Developer?
Hai! Aku Yuma, usiaku 12 tahun dan aku tinggal di Melbourne, Australia. Aku adalah penerima beasiswa Apple Worldwide Developer Conference (WWDC) tahun 2017, 2018, dan 2019. Aku pernah bertemu CEO Apple, Tim Cook, dan jadi pembicara di konferensi internasional di beberapa negara, seperti Indonesia, Singapura, Australia, Mesir, dan China. (Saat di World Youth Forum di Mesir, Yuma dianugerahi piala oleh Presiden Abdel Fattah el-Sisi).
Aku mulai belajar coding sejak umur 6 tahun, aku belajar untuk membuat website. Karena saat itu tidak ada sekolah khusus coding, jadi aku belajar coding dari berbagai web dan kursus online di Stanford University! Lalu di umur 9 tahun, aku berhasil membuat aplikasi pertama saya Kid Calculator. Untuk jadi iOS developer aku enggak gabung di grup khusus, ini semua karena aku menyukai apa yang aku lakukan.
Ada berapa aplikasi yang sudah kamu buat?
Aku sudah membuat 9 aplikasi sejauh ini. Aku sebutkan berurutan dari yang paling awal sampai terbaru, yaitu Kid Calculator, Weather Duck, Pocket Pokè for Pokèmon, Hunger Button, Let’s Stack, Let’s Stack AR (Augmented Reality), Fireworks Builder AR (Augmented Reality), Weather Duck for Apple Watch, dan Swipy Trash.
Apa yang menarik dari belajar coding?
Aku senang saat ide-ideku bisa terwujud berkat bantuan teknologi. Coding sangat powerful untuk mengubah dunia jadi lebih baik.
Kamu bilang semua orang bisa coding, dari mana seseorang harus memulai?
Saat ini ada banyak referensi untuk belajar coding. Di iPad ada aplikasi namanya Swift Playgrounds yang dibuat Apple untuk belajar coding. Termasuk belajar lewat akun YouTube-ku namanya ‘Anyone Can Code’! YouTube-ku berisi tentang tutorial membuat aplikasi mobile dan sekarang aku punya 10 ribu subscribers yang belajar bersamaku!
Apakah ada keistimewaan jadi iOS Developer termuda?
Sejujurnya, enggak ada. Aku sama seperti developer lainnya. Bahkan di kalangan developer yang lebih senior, mereka memperlakukan sama dengan developer lain. Saya juga sering diundang untuk datang ke kantor mereka!
Mana yang kamu pilih, bikin aplikasi games atau aplikasi pada umumnya?
Menurutku membuat games lebih menyenangkan dan membebaskan imajinasi. Tapi membuat aplikasi yang bukan games juga menarik karena aplikasimu bisa bermanfaat untuk orang-orang di seluruh dunia.
Apakah orang tua ikut membantumu bikin aplikasi?
Semua coding yang aku buat, aku lakukan sendiri. Sampai desain sketsa untuk aplikasi tersebut juga aku sendiri. Tapi bagaimana pun aplikasi yang bagus butuh user interface dan grafis yang bagus juga. Aku beruntung ayahku seorang desainer grafis yang bisa mengubah sketsaku ke dalam bentuk digital!
Apa saja kegiatanmu kalau tidak sedang coding?
Aku punya beberapa kegiatan favorit seperti Taekwondo, aku pemegang sabuk hitam! Aku juga suka main piano, main video games, nonton YouTube, dan main sama teman-temanku.
Seperti apa caramu mengatur waktu antara coding dan sekolah?
Aku tidak coding setiap hari. Aku hanya melakukannya saat senggang. Kalau ada proyek, aku mengerjakan coding 1-2 jam.
Apa buku terakhir yang kamu baca?
Aku suka buku fiksi terutama yang bergenre Sci-Fi.
Apa sih mimpi besarmu?
Di banyak wawancara aku selalu bilang ingin jadi Batman atau Turtle tapi itu kan hanya becanda. Aku ingin terus jadi pengembang aplikasi.
Selain bikin aplikasi yang canggih dan revolusioner, aku ingin terus berbagi ilmu tentang coding di akun YouTube-ku jadi anak-anak atau siapa saja bisa coding. Aku percaya coding akan jadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang kita mungkin akan tergantung dengan itu. Aku pikir anak-anak harus memulainya lebih awal! Aku ingin manusia dan dunia ini jadi lebih baik berkat teknologi.
Ada enggak orang-orang tertentu yang ingin kamu temui?
Aku ingin ketemu Pak Presiden Jokowi. Kalau ditanya alasannya kenapa, sebenarnya tidak ada alasan yang pasti. Aku pikir akan sangat menyenangkan untuk berbicara dengannya tentang pendidikan untuk STEM (Science, Technology, Engineering, and Math) di Indonesia, yang menurut saya adalah sesuatu yang penting bagi negara ini!
Apa pengalaman yang enggak akan kamu lupakan?
Pengalaman terbaikku adalah tiga kali jadi pemenang beasiswa Apple WWDC. Aku juga beruntung bisa bertemu orang-orang hebat yang inspiratif seperti CEO Apple, Tim Cook; dan mantan Ibu Negara Amerika Serikat, Michelle Obama!
Orang tuamu dari Jakarta, apa suatu saat kamu ingin tinggal di Jakarta?
Aku belum tahu sekarang. Tapi aku suka berkunjung ke Indonesia. I love sate ayam.
Apa saranmu untuk anak-anak Indonesia?
Ikuti mimpi dan passion-mu, jangan menyerah, dan tetap bertahan!
 
Editor: PAR
Sumber:  kumparan