Jakarta – Penyerahan mahar kerap menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara pernikahan. Seiring perkembangan zaman, bentuk mahar yang diserahkan kepada mempelai wanita kian beragam, salah satunya berupa saham.

Perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho menilai mahar berupa saham boleh-boleh saja. Asalkan, kedua mempelai memahami manfaat dan proses investasi di pasar modal.

Syarat lain, pihak keluarga tidak keberatan dengan mahar pernikahan tersebut.

“Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman baik antara mempelai maupun dengan keluar besar,” kata Andy kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/9).

Menurut Andy, jenis saham yang layak dijadikan mahar adalah yang papan atas atau dikenal dengan istilah blue chip. Pasalnya, saham yang masuk kategori blue chip memiliki volatilitas harga yang tidak ekstrim sehingga cocok dijadikan ‘tabungan’ untuk kebutuhan rumah tangga di masa mendatang.

“Kecuali, kedua mempelai sudah terbiasa trading saham dan sudah paham maka bisa juga memilih yang di luar blue chip namun berpotensi untung,” jelasnya.

Di dunia pasar modal, istilah blue chip merujuk saham yang ditawarkan oleh perusahaan dan memiliki nilai kapitalisasi pasar besar dengan kinerja fundamental yang prima serta mengantongi reputasi yang baik. Biasanya, perusahaan terkait juga menjadi pemimpin pasar di sektornya.

Saham blue chip tersebar di berbagai sektor. Di sektor perbankan, misalnya, saham yang dikeluarkan oleh bank-bank pelat merah dan PT Bank Central Asia Tbk merupakan saham blue chip.

Di sektor infrastruktur, saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk merupakan saham papan atas. Lalu, di sektor pertambangan, saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk dan saham PT Bukit Asam (Persero) Tbk masuk kategori saham unggulan.

Andy mengingatkan, dalam memilih mahar, pasangan hendaknya menyesuaikan dengan adat dan kebiasaan dari keluarga di kedua belah pihak. Pasalnya, pernikahan bukan hanya  untuk menyatukan dua manusia tapi juga dua keluarga besar mereka.

“Ada keluarga yang merasa ok saja bila pihak mempelai ingin terlihat beda dengan tidak mengikuti adat dan kebiasaan keluarga. Namun, ada juga yang menganggap hal tersebut sebagai hal tabu,” jelasnya.

Sesuaikan dengan Kemampuan

Terkait nominal saham, Andy menyarankan untuk menyesuaikan dengan kemampuan. Ia tidak merekomendasikan calon mempelai untuk berutang demi membeli saham sesuai nominal yang diinginkan.

Pasalnya, volatilitas saham dapat menyebabkan nilai saham meningkat atau menurun di masa depan.

“Kalau berutang berarti harus mengembalikan modal yang dibelikan saham tersebut.

Meskipun, tak bisa dipungkiri, di beberapa tradisi ada yang mewajibkan mahar harus sedemikian besar dan bernilai.

“Maka tidak jarang kita temui pasangan pengantin yang untuk melangsungkan resepsi pernikahannya harus berhutang sedemikian besar dikarenakan ‘biaya sosial’ yang sedemikian tinggi. Apalagi, bila keluarganya termasuk terpandang ataupun berpengaruh di masyarakat,” ujarnya.

Senada, Perencana Keuangan dari Finansia Consulting Eko Endarto juga menyarankan agar memberikan mahar saham sesuai dengan kondisi keuangan mempelai. Toh, saham bisa dibeli minimal 1 lot atas 100 lembar.

“Mahar kan bukan untuk gagah-gagahan sehingga harus dipamerkan,” kata Eko.

Menurutnya, saham menarik untuk dijadikan mahar karena bisa menjadi sarana investasi jangka panjang sesuai tujuan pernikahan. Untuk itu, setali tiga uang dengan Andy, ia menyarankan untuk memilih saham blue chip.

“Tujuan nikah untuk jangka panjang kan,” ujarnya.

(sfr/lav)

Editor: PAR
Sumber:  CNN Indonesia