Jakarta – Terapi stem cell mulai banyak diperbincangkan setelah mantan pembalap F1 Michael Schumacher dikabarkan menjalani terapi stem cell di Prancis baru-baru ini karena cedera otak, mengutip The Times UK.

Schumacher dikabarkan mengalami benturan batu yang cukup keras di kepala bagian kanan setelah bermain ski di French Alps, wilayah Pegunungan Alpen, enam tahun silam. Cedera yang diderita sejak 2013 tersebut membuat Schumacher sempat alami koma selama enam bulan dan menjalani perawatan di rumahnya di Swiss selama ini.

Schumacher dikabarkan alami kesulitan berjalan atau berdiri, dan menurut mantan manajer Ferrari, Jean Todt, Schumacher juga alami kesulitan berkomunikasi.

Walau tak ada konfirmasi secara resmi terkait Schumacher, namun terapi sel punca yang revolusioner dinilai memberi harapan kepada sang pembalap untuk pulih. Bukan cuma Schumacher, namun terapi stem cell atau sel punca ini dianggap menjadi terapi yang banyak diminati untuk memperbaiki kesehatan mereka dibanding terapi lainnya.

Menurut Purwati, Ketua Pusat dan Penelitian Stem Cell Universitas Airlangga dalam pernyataan yang diterima CNNIndonesia.com, terapi stem cell yang termasuk dalam biomedical terapi ini dianggap dengan alasan karena biomedical terapi dinilai lebih aman, lebih tidak toksik. Selain itu cara bekerjanya juga lebih spesifik ke target organ atau jaringan yang rusak, sehingga lebih bias diterima oleh tubuh dibandingkan dengan terapi yang berbahan kimiawi.

Jadi, apa itu terapi stem cell?

“Stem cell atau biasa disebut juga dengan sel punca adalah sel induk atau sel murni yang mempunyai dua sifat dasar yang tidak dimiliki oleh sel-sel lainnya, yaitu kemampuan untuk memperbanyak diri dan kemampuan untuk berubah (berdiferensiasi) menjadi bentuk sel sesuai turunannya,” jelas Purwati.

Sebagai contoh, sel punca darah dapat berdiferensiasi menjadi turunannya yaitu sel darah merah, trombosit, dan sel-sel imun tubuh. Sedangkan sel punca mesenkimal dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan organ liver, ginjal, antung, otak, kulit, pancreas, tulang, dan lainnya.

Kemampuan itulah yang membuat stem cell dianggap revolusioner karena dapat dimanfaatkan untuk menggantikan sel-sel yang rusak akibat cedera atau penyakit tertentu.

Foto: Istockphoto/ gevende
Stem cell lebih dulu dipanen di laboratorium sebelum ditanam ke jaringan tubuh yang membutuhkan perbaikan.

Stem cell sendiri bisa diperoleh dari sejumlah sumber yakni embrio, stem cell dewasa dan dari hewan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) No 32 Tahun 2018, untuk stem cell yang berbahan baku dari embrio, hewan, dan juga dari tumbuhan tidak diperbolehkan. Alasannya, stem cell dari sumber tersebut berisiko menjadi kanker jenis teratoma sebesar 20 persen dan potensi penolakan tubuh juga besar. Di samping tidak sejalan dengan nilai-nilai agama.

Sebab itulah stem cell yang kini digunakan berasal dari stem cell dewasa atau jaringan tubuh pasien itu sendiri, seperti sumsum tulang belakang.

“Bila sumber dari diri sendiri tentunya resiko penolakan dari tubuh hampir tidak ada, resiko untuk penularan penyakit juga diminimalisir,” jelas peneliti yang juga merupakan Adjunct Assosiated Professor Departemen Bioteknologi Asia University Taichung Taiwan itu.

Sebelum stem cell ditransfusikan untuk perbaikan jaringan yang sakit atau terluka, stem cell akan lebih dulu dipanen di laboratorium, lalu sesegera mungkin ditanam ke jaringan yang rusak agar stem cell tidak mati. Misal pasien dengan penyakit jantung akan ditanamkan stem cell ke otot jantung. Stem cell akan berkontribusi untuk memperbaiki otot jantung yang rusak.

“Stem cell juga mempunyai sifat homing atau merumah menuju target organ yang terkena injury atau rusak. Untuk memperkuat capaian homing tersebut dibuatlah baik itu molecular engineering maupun gene engineering untuk membuat atau menempelkan protein tertentu di stem cell maupun memasukkan gen yang telah diedit, dengan harapan protein yang terkekspresi di permukaan stem cell akan sesuai dengan reseptor sel target yang dituju,” kata Purwati.

“Editing gen sendiri sekarang dipermudah dengan adanya metode CRISPR. Mau membuang atau menambah gen tertentu dengan panjang tertentu sehingga terekspresi sifat tertentu juga yang diinginkan.”

Stem cell, turunannya dan life science engginering yang meliputi molecular engginering, gene engineering, cell engineering dan tissue engineering. Sampai saat ini, proses itulah yang digunakan dalam terapi stem cell. Belum ada teknologi yang dapat membuat stem cell dapat diminum. Sebab stem cell dapat dirusak oleh enzim pencernaan. (ayk/ayk)

Editor: PAR
Sumber:  CNN Indonesia