JAKARTA, POJOK BATAM.ID – Sabtu (14/9/2019) lalu, dua fasilitas milik Saudi Aramco di Arab Saudi mendapat serangan dari pesawat tanpa awak yang mengakibatkan produksi minyak perusahaan migas tersebut harus dipangkas hingga 50%.

Mengutip Reuters, imbas gangguan produksi tersebut diprediksi bakal memberi rentetan dampak di pasar minyak internasional.

Hal itu disampaikan oleh Jason Bordoff, yang menjalankan Pusat Kebijakan Energi Global di Universitas Columbia dan bertugas di Dewan Keamanan Nasional AS selama masa kepresidenan Barack Obama.


Salah satu dampak paling nyata yang bakal terasa adalah kenaikan harga minyak dunia mengingat, Saudi Aramco punya peran besar dalam suplai minyak ke pasar global.

“Risiko eskalasi regional naik signifikan yang mendorong harga minyak lebih tinggi lagi,” kata Jason Bordoff.

Setidaknya, ada dua titik lokasi yang menjadi target serangan tersebut. Pertama adalah Fasilitas Khurais yang merupakan ladang minyak utama milik Saudi Aramco.

Sementara titik serangan lainnya adalah Fasilitas Abqaiq yang merupakan lokasi pabrik pengolahan minyak terbesar milik Saudi Aramco.

Fasilitas Abqaiq adalah pabrik pengolahan minyak menangani minyak mentah dari ladang minyak konvensional terbesar di dunia, Ghawar supergiant.

Fasilitas Abqaiq melayani kebutuhan ekspor ke terminal Ras Tanura yang merupakan fasilitas pemuatan minyak lepas pantai terbesar di dunia. Abqaiq juga melayani pasokan minyak ke Juaymah. Fasilitas Abqaiq juga memompa minyak ke barat melintasi kerajaan ke terminal ekspor Laut Merah.

Simak Video “Antusiasme Masyarakat Rote Ndao Terhadap Program Keluarga Harapan

(dna/das)

Editor: HEY
Sumber: detikfinance