JAKARTA, POJOK BATAM.IDHarga minyak mentah dunia menguat sekitar 2 persen pada perdagangan Senin (9/9) waktu Amerika Serikat (AS). Penguatan terjadi setelah Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman menegaskan akan tetap menjalankan kebijakan pembatasan produksi minyak mentah agar harga minyak tetap terjaga.

Dilansiri dari Reuters, Selasa (10/9), harga minyak mentah Brent tercatat naik US$1,05 atau 1,7 persen menjadi US$62,59 per barel. Penguatan juga terjadi pada harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,33 atau 2,4 persen menjadi US$57,85 per barel.

Pada Minggu (8/9) lalu, Pangeran Abdulaziz, yang merupakan Putra Raja Arab Saudi Salman dan anggota lama dari delegasi Arab Saudi, diangkat menjadi Menteri Energi Arab Saudi menggantikan Khalid al-Falih.

“Pengumuman di akhir pekan soal perubahan kepemimpinan di Kementerian Perminyakan Arab Saudi diikuti dengan sinyal kuat pembatasan produksi akan berlanjut hingga pasar mencapai keseimbangan yang lebih baik,” ujar Pimpinan Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.

Pangeran Abdulaziz menyatakan pilar kebijakan Arab Saudi tidak akan berubah dan kesepakatan pemangkasan produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) tetap akan dijalankan. Ia menambahkan aliansi antara OPEC dan negara non anggota, termasuk Rusia, yang juga dikenal dengan sebutan OPEC+ akan bertahan untuk jangka panjang.

Adapun produksi minyak mentah Rusia pada Agustus 2019 lalu melampaui kuota yang ditetapkan dalam kesepakatan OPEC+. Produksi minyak mentah OPEC untuk Agustus 2019 juga menanjak untuk pertama kalinya tahun ini seiring peningkatan pasokan dari Irak dan Nigeria melampaui pembatasan Arab Saudi dan hilangnya pasokan akibat pengenaan sanksi AS terhadap Iran.

Selanjutnya, pada Minggu (8/9), lalu Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei menyatakan produsen minyak OPEC dan non OPEC berkomitmen untuk mencapai keseimbangan pasar minyak. Komite pengawas gabungan tingkat menteri kesepakatan OPEC+ akan kembali menggelar pertemuan di Abu Dhabi pada Kamis (12/9).

Mazrouei menyatakan tensi perdagangan dan geopolitik mempengaruhi pasar minyak saat ini. Para eksekutif yang hadir dalam Konferensi Tahunan Perminyakan Asia Pacific pada Senin (9/9) kemarin berekspektasi harga minyak tahun ini akan tertekan oleh ketidakpastian seputar ekonomi global, perang dagang AS-China dan peningkatan pasokan AS.Di China, data kepabeanan yang dirilis Minggu (8/9) lalu menunjukkan impor minyak mentah negeri tirai bambu meningkat sekitar 3 persen pada Agustus 2019 dibandingkan bulan sebelumnya.

[Gambas:Video CNN]
Hal itu didorong oleh pulihnya margin kilang meski terjadi kelebihan produk minyak dan permintaan yang terbatas. Sementara itu, Deputi Sekretaris Kementerian Energi AS Dan Brouillette menyatakan AS sangat mengkhawatirkan pembelian minyak Iran oleh China. Tahun lalu, AS keluar dari kesepakatan nuklir 2015 antara negara maju dengan Iran.

AS juga memberlakukan sanksi untuk menekan perdagangan minyak yang penting bagi Iran.Pada Senin (9/9) kemarin, Presiden AS menyatakan ia dapat bertemu dengan Presiden Iran Hassam Rouhani dan ia tidak masalah jika terjadi pertemuan seperi itu. (sfr/agt)

Editor: HEY
Sumber: CNNIndonesia