Ustaz Abdul Somad di Banda Aceh Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
POJOK BATAM.ID – Polemik ceramah Ustaz Abdul Somad (UAS) masih terus bergulir. Rohaniawan, Franz Magnis Suseno meminta, agar polemik ini segera dihentikan saja.
“Kasus ini menurut saya sudah cukup ramai, jadi sekarang dihentikan saja,” kata Romo Magnis di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Jumat (23/8).
Dia menilai, ceramah UAS yang dipersoalkan merupakan ceramah lama. Romo Magnis heran mengapa ceramah yang sudah lama itu sekarang baru dipermasalahkan.
“Tentu saja mengapa sudah tiga tahun diangkat? Saya sendiri menanggapi juga bahwa pada umumnya kita bicara tentang agama lain secara ketawa-ketiwi itu bukan tanda kebijaksanaan, tapi tanda kesombongan. Apakah dia kenal atau tidak menurut saya itu sudah cukup tidak merupakan satu peristiwa yang amat penting,” tegas Romo Magnis.
Romo Frans Magnis Suseno sambangi Kemenkopolhukam. Foto: Lutfan Darmawan/kumparan
Romo Magnis juga meminta agar kasus UAS tidak dibandingkan dengan kasus yang pernah menjerat Basuki Tjahja Purnama (Ahok).
“Tentu saja kasus Ustaz Somad juga dilihat oleh orang-orang yang dalam kaitan kasus Ahok. Ahok yang jelas tidak menghina tapi menyinggung, malah penuh kebencian dan aksi besar-besaran dibawa ke pengadilan dan dihukum dua tahun,” ucap Romo Magnis
“Ada yang merasa orang bisa menertawakan patung salib, kalau saya sih ya enggak apa-apa itu salib, tidak terkenal apa ada jin atau tidak, peduli amat saya,” tambahnya.
Quraish Shihab. Foto: Jodi Hermawan
Sementara itu, Quraish Shihab meminta agar ke depan kejadian seperti ini tidak kembali terulang. Ia juga menilai, sebaiknya, UAS meminta maaf meski tidak salah.
“Jangan sampai terulang hal yang sama. Ucapan itu terserah dari masing-masing. Dari saya, saya anggap berlebihan. Meski tidak salah, tidak ada yang tersinggung saya akan minta maaf,” kata Quraish di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Jumat (23/8).
Di sisi lain, ia menilai pelaporan UAS ke pihak kepolisian merupakan keputusan yang tidak tepat. Menurutnya, seluruh pihak seharusnya mengedepankan komunikasi untuk menyelesaikan persoalan itu.
“Saya tidak ingin persoalan ini terlalu luas. Lebih baik duduk bersama, dengan bijaksana. Itu pertemuan antar pihak-pihak yang berselisih itu hindari dahulu deh kepolisian,” ucap Quraish.
Menurutnya, jika seluruh pihak duduk bersama, maka ia yakin permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu Quraish mengatakan dalam ajaran apa pun selalu mengedepankan komunikasi dan pertemuan.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD hadiri acara konferensi ‘Gerakan Suluh Kebangsaan bersama Tokoh Bangsa Menyikapi Sitiasi Papua’ di Hotel Sahid, Jakarta, Jumat (23/8). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sementara itu, Mahfud MD menilai akan lebih baik jika ustaz Somad menyampaikan permohonan maafnya. Sebab, dalam Islam juga mengajarkan untuk meminta maaf.
“Tapi kalau mau minta maaf bagus juga. Minta maaf dan memaafkan itukan ajaran agama. Yang minta maaf orang yang salah, dan satu lagi orang yang benar tapi disalahpahami, enggak apa-apa minta maaf. Kalau saya sih minta maaf enggak apa-apa, dia merasa benar tapi menimbulkan kesalahpahaman ya enggak masalah,” jelas Mahfud.
Terkait dengan laporan ke ustaz Somad di kepolisian, Mahfud menilai hal itu sudah masuk ranah hukum. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu meminta agar masyarakat mempercayakan hal itu kepada kepolisian
“Nah sekarang sedang dipelajari oleh aparat, karena itu setiap laporan yang masuk dianalisis seberapa besar urgensinya kan ada mes rea dan actus reus,” ucap Mahfud.
Menurutnya, unsur actus reus (perbuatan melawan hukum) sudah ditemukan. Namun tetap harus diselidiki lebih jauh dari sisi mes rea (unsur-unsur pidana).
“Artinya ada niat untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai orang lain, actus reus. Pernyataan, nah actus reus itu sudah ada tapi mes rea-nya kan dilihat dengan konteks dimana dia bicara? Dalam konteks apa? Dalam forum apa? Itu akan bisa ditemukan, ada mes rea atau tidak dan itu tugasnya yang menerima laporan,” tutup Mahfud.
Editor: HEY
Sumber: Kumparan