Pojok Batam

Kisah Korban Pesawat Lion Air JT – 610

Pojok Batam– “Ayu sempat janji akan pulang ke Palembang November ini,” kata Ning Icha, ibu kandung Rezky Amalia, korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat, Senin kemarin (29/10).

Alwi Alim, Palembang

Sedihnya yang dialami oleh Ning Icha, 70, warga Komplek Bahagia Jalan Damai 3 Nomor 8-9 Kecamatan Sukarami Palembang. Betapa tidak putri bungsunya tersebut harus menjadi salah satu korban pesawat Lion Air yang jatuh Senin kemarin (29/10).

Bahkan, sesekali wanita yang sudah renta ini pun memandangi telpon genggamnya melihat foto dan menunggu kabar dari putri bungsunya tersebut.

Tak hanya dirasakan ibu kandung korban. Suasana haru ini juga dirasakan seisi rumah berwarna biru ini yang tak lain keluarga Rizky Amelia, 30, di Palembang.

Dengan kondisi seadanya dan beralaskan karpet merah, keluarga ini pun memanjatkan doa bagi Ayu dengan pembacaan yasin bersama berharap adanya mukjizat yang diberikan kepada putri bungsu dari emam bersaudara tersebut.

Rizki Amelia yang biasa disapa Ayu ini bekerja di Badan Pengawas Keuangan (BPK) sejak delapan tahun terakhir. Putrinya lulus dari ribuan pelamar yang mengikuti tes penerimaan pegawai BPK ini.

Kemudian, selama enam tahun putri bungsunya mendapatkan penempatan di Jakarta, dan dua tahun ditempatkan di Pangkal Pinang.

Dalam penugasannya di Jakarta, putri bungsu dari enam saudara tersebut menemukan dambaan hatinya, hingga pada empat bulan lalu tepatnya pada 24 Juni 2018 kisah percintaan mereka diikat dalam sebuah ikrar yakni ijab kabul.

“Dia (Ayu) baru empat bulan menikah dengan suaminya Murtado Kurniawan,” kata Ning Icha sambil mengusap air matanya.

Sejak menikah, Ayu dan suaminya berbeda tugas sehingga hampir setiap Sabtu putri bungsunya tersebut pulang ke Jakarta dari Pangkal Pinang untuk menemui suaminya. Hingga, pada Minggu saat putrinya tersebut akan kembali bertugas ke Pangkal Pinang, pesawat yang ditumpanginya jatuh.

“Suaminya hingga kini masih mencari keberadaan Ayu di lokasi kejadian,” ujarnya.
Sebelum tragedi jatuhnya pesawat, ia dan putri bungsunya tersebut sempat saling memberi kabar. Putri bungsunya ini berencana akan pulang ke Palembang pada November mendatang.

Namun, kenyataan ‘berbicara’ beda Ayu hilang menjadi korban pesawat Lion Air sehingga dirinya pun hanya bisa pasrah atas ketetapan takdir ini dan hanya bisa mengirimkan doa agar ada keajaiban setidaknya dapat menemukan jenazah putri bungsunya tersebut.

“Ini semua kehendak Allah, kami ikhlas tapi kami berharap kami sekeluarga dapat melihat jasad Ayu untuk terakhir kalinya, dan dapat dimakamkan dengan layak,” harapnya kembali berurai air mata.

Dengan nada terbata-bata, wanita renta ini menambahkan, biasanya setiap pulang ke Palembang, putri bungsunya tersebut selalu minta dibuatkan model, tapi sekarang tidak ada lagi yang minta dibuatkan model.

“Model adalah makanan favoritnya jadi saat kumpul selalu minta dibuatkan model,” ujarnya kembali menangis.

Ning Icha mengakui pertama mendapatkan kabar kecelakaan yang dialami putri bungsunya tersebut sangat syok. Bahkan, wanita renta ini pun menangis tak berhenti mendengarkan kabar duka di televisi.

“Saya sangat syok, tapi saya hanya bisa pasrah karena ini ketetapan dan takdir Allah. Hanya keajaiban dan mukjizat yang bisa mengubahnya,” singkatnya.

Seperti diketahui, dunia penerbangan kembali bersedih. Pasalnya, pesawat Lion Air JT-610 tujuan Jakarta – Pangkal Pinang hilang kontak dan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin (29/10).

Pesawat yang baru beroperasi 2,5 bulan ini membawa penumpang sebanyak 181 orang dan kru penerbangan 8 orang yang terdiri dari 2 pilot dan 6 Pramugari dan Pramugara.

Exit mobile version