Pojok BatamBatu, Malang Jawa Timur menjadi kota ke-11 digelarnya Pelatihan Juru Bicara Pancasila. Sebanyak 40 peserta yang menjadi perwakilan sejumlah lembaga ikut dalam acara yang digelar sejak 19 hingga 20 Oktober itu.

Salah satu fasilitator Mundiro Lailatul Munawaroh dalam sambutannya berharap pelatihan ini bisa mengikis persoalan konflik rasisme yang ada di Jawa Timur, terutama untuk wilayah Madura.

Fasilitator yang akrba disapa Ela itu juga menyampaikan bahwa Jawa Timur akhir-akhir ini dilanda berbagai macam permasalahan sosial. Mulai dari kasus terorisme hingga rasisme.

“Kita masyarakat Jawa Timur ini sedang dilanda konflik sosial. Kasus rasisme dan terorisme sudah sangat meresahkan dan mengancam keutuhan bangsa kita. Maka pelatihan ini menjadi penting agar kita kembali mendalami nilai-nilai Pancasila,” ujar Ela dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/10).

Hal serupa juga disampaikan oleh fasilitator Komunitas Bela Indonesia (KBI) Jawa Timur Milastri Muzakkar. Menurutnya berdasarkan hasil survei yang dikeluarkan oleh Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) menunjukan potensi lahirnya radikalisme yang tinggi di tengah masyarakat.

“Baru-baru ini terjadi pawai radikalisme yang dilakukan oleh anak sekolah di Probolinggo. Menurut hasil survei PPIM hal ini disebabkan karena adanya pemahaman yang salah soal radikalisme di level guru,” paparnya.

Belum lagi hasil survei yang dikeluarkan oleh LSI-Denny JA, yang menunjukkan bahwa Selama 13 tahun terakhir, dukungan terhadap Pancasila terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005 dukungan kepada Pancasila mencapai 85,2 persen dan pada 2018 menurun menjadi 75,3 persen atau turun sebesar 10 persen.

Fakta inilah yang mendorong KBI bergerak untuk kembali menguatkan Pancasila sebagai Dasar Negara, agar Indonesia dengan keragamannya akan terus damai.

“Pelatihan selama empat hari akan membekali para peserta dengan berbagai keahlian teknik untuk melakukan kampanye di medsos soal niali-nilai Pancasila,” paparnya.

Leave a Reply