Pojok Batam

Warga Lombok Sisihkan Bantuan untuk Korban Gempa Di Sulteng

Pojok Batam–  Warga Lombok masih dalam proses pemulihan mental dari trauma gempa bumi yang mengguncang beberapa waktu lalu. Seperti di Desa Santong, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Meski belum sepenuhnya pulih, warga setempat tetap menunjukkan empati kepada sesama. Mereka turut membantu korban gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Hal itu diungkapkan Ketua Relawan dari Sekolah Karya Anak Bangsa Batam Riki Syolihin. Dia membawa 11 relawan ke Desa Santong untuk membantu para korban bencana.

Riki menuturkan, kepedulian terhadap korban gempa dan tsunami di Sulteng tidak hanya datang dari orang dewasa. Anak-anak pun turut memberikan bantuan. Mereka menyisihkan uang jajan untuk korban bencana di Sulteng.

Warga Desa Santong juga tidak menggunakan semua bantuan yang datang. Seperti ketika mendapatkan bantuan pakaian, mereka hanya mengambil yang benar-benar dibutuhkan. Kemudian sisanya dialihkan untuk korban bencana di Sulteng. “Semangat hidup mereka sudah kelihatan,” kata Riki di Batam melalui sambungan telepon, Selasa (16/10).

Riki sendiri masih berada di Desa Santong. Dia pun gembira atas apa yang dilakukan warga setempat. Ada kekuatan besar yang disampaikan melalui gerak masyarakat membantu korban bencana di Sulteng. Perasaan senasib yang tergambar dengan cara saling menguatkan. Padahal kondisi masyarakat Santong sendiri masih serba kekurangan.

Beberapa warga yang ia temui mengaku kalau masyarakat Sulteng lebih membutuhkan perhatian. Bahkan mengalami nasib yang sama. “Kami ini tidak ada apa-apanya kalau dibanding dengan warga Palu,” kata Riki menirukan ucapan salah satu warga yang ikut menggalang bantuan untuk masyarakat Sulteng.

Riki menambahkan, mental survive masyarakat Santong sudah berangsur pulih. Sebelumnya, warga sangat bergantung pada sumbangan pemerintah, LSM, dan Relawan. Namun saat ini warga sudah bisa ikut bersama relawan membangun kembali peradaban di daerah mereka masing-masing.

“Sekarang kalau diberikan bantuan 100 persen, warga menolak. Kalau ada yang ingin mendirikan musala, warga ikut membangun. Mereka hanya meminta material dan akan membangun sendiri,” ungkap Riki

Exit mobile version