Pojok Batam– Kritik capres nomor urut 02 Prabowo Subianto pada pemerintah yang menyebut bahwa negara ini dikelola dengan cara yang ugal-ugalan, menuai reaksi dari Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Anak buah Megawati itu justru meniali tutur kata ugal-ugalan itu tidak pantas dikeluarkan oleh seorang mantan Danjen Kopassus.
“Jadi sangat tidak benar ya (Presiden Jokowi memimpin dengan cara ugal-ugalan),” ujar Hasto saat dikonfirmasi, Rabu (17/10).
Menurut Hasto, sebenarnya Prabowo sendiri yang telah menunjukan sikap ugal-ugalannya. Karena terus menciptakan narasi ketakutan di masyarakat. Sehingga tanpa sadar sudah menunjukan sikap ugal-ugalannya ini kepada masyarakat.
“Apa yang disampaikan seorang pemimpin itu tercermin dari apa yang diucapkannya. Ketika mengucapkan tanpa sebuah keadaban publik dan kesantunan. Maka yang kita lihat itu cermin sikap ugal-ugalan itu,” pungkasnya.
?Sebelumnya, Prabowo Subianto kembali menyindir pemerintahan yang dinilainya kerap membuat keputusan yang tidak matang. Di sisi lain, persoalan keadilan pun tak luput menjadi persoalan yang musti dibenahi dalam empat tahun terakhir ini. Berbagai contoh inilah yang membuatnya menilai pemerintah telah mengelola negara secara ugal-ugalan.
Misalnya sebuah keputusan bisa dengan mudah direvisi atau dibatalkan tanpa memikirkan dampak hingga rakyat bawah. Hukum menjadi alat tawar menawar politik tanpa pernah mempedulikan rasa keadilan.
Kemudian, lanjut Prabowo, publik jug kerap ditontonkan dengan gaduhnya sikap kabinet kerja, akibat saling tuding antar kementerian dan lembaga negara. Perlahan-lahan mimpi untuk mengembalikan kejayaan Indonesia luntur oleh cara ugal-ugalan dalam mengelola negara.
Menurut Prabowo, cara-cara pemerintah seperti ini dinilainya jauh berbeda dengan kepemimpinan para founding father terdahulu. Presiden Indonesia ke-1 Indonesia Soekarno misalnya, ia menilai telah berhasil mengobarkan semangat revolusi.
Begitupula Presiden ke-2 Soeharto, kata dia, yang berhasil mengedepankan pembangunan bangsa. Buktinya, zaman itu harga-harga bahan pokok jauh stabil daripada sekarang.
Tapi saat ini kenapa yang terdengar adalah nada-nada sumbang yang ketakutan terhadap gagasan untuk mengembalikan kejayaan Indonesia. Kenapa bergema nada-nada khawatir dari keinginan untuk mengedepankan kepentingan bangsa di atas segalanya, menjadikan Indonesia untuk orang Indonesia.