Pojok Batam– Perdagangan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih cenderung melemah di pasar valas Asia yang juga diikuti dengan penurunan imbal hasil obligasi AS.
Meskipun demikian, Analis CSA Research Institute Reza Priyambada berharap sentimen tersebut dapat mengurangi tekanan pada Rupiah yang sedang mencoba berbalik naik. Pasalnya, masih ada sejumlah sentimen positif terutama dari penilaian lembaga asing dan sejumlah negara terhadap kemampuan Indonesia menghadapi krisis perang dagang yang disampaikan dalam Annual Meeting IMF-WB
“Di perkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 15.188-15.215,” ujarnya Senin (15/10).
Reza menjelaskan, pergerakan Rupiah di akhir pekan kemarin mampu menyamai pergerakan IHSG yang berada di zona positifnya. Adanya komentar kontra dari Presiden Trump terhadap kebijakan The Fed untuk menaikan suku bunganya ditanggapi positif dimana dinilai dapat menahan potensi kenaikan suku bunga The Fed lebih lanjut.
Di sisi lain, lanjutnya, pergerakan USD cenderung melemah di pasar valas Asia setelah pelaku pasar merespon rilis kenaikan di bawah ekspektasi dari indeks harga konsumen.
“Dengan rilis tersebut juga dinilai dapat mengurangi potensi kenaikan suku bunga The Fed,” tuturnya.
Reza menambahkan, pejabat Fed mengatakan bulan lalu mereka memperkirakan tiga kenaikan suku bunga pada 2019, dan beberapa mengatakan mereka terbuka untuk kenaikan suku bunga pada Desember, yang akan menjadi yang keempat tahun ini.