Pojok Batam- Tidak ada kata mustahil jika seseorang memiliki niat dan tekad yang kuat untuk berusaha. Hal itulah yang dialami oleh atlet tolak peluru kategori F20, Suparniyati dalam Asian Para Games 2018.

Kendati ibunya hanya seorang penjual tempe, dan ayahnya yang sekarang telah tiada, tidak menyurutkan semangatnya dalam mengejar prestasi. Alhasil melalui kerja kerasnya, dia mampu memperoleh medali emas pada cabang olahraga tolak peluru.

Bahkan dengan keterbatasan yang ada, Suparniyati mampu mendobrak stigma masyarakat terhadap kaum difabel. Dia berhasil membuktikan bahwa para penyandang disabilitas juga dapat meraih prestasi.

Asian Para Games 2018, Tolak Peluru, Suparniyati
Atlet tolak peluru Indonesia, Suparniyati (Chandra Nur Satwika/JawaPos)
Keberhasilan yang diperolehnya semakin berarti karena ini pertama kalinya dia mengikuti kompetisi sebesar Asian Para Games. Tentunya hal itu turut menambah rasa kebahagiannya.

Prestasi dalam olahraga atletik, khususnya tolak peluru tidak terlepas dari pengalamannya selama ini. Tercatat dia sudah mendalami keahlian dalam olahraga ini sejak masih kecil.

“Saya aktif olahraga sejak kelas 3 SMP. Tapi masih ganti-ganti, kadang peluru, lempar lebing, lempar cakram, dan lain-lain,” kenangnya seusai pertandingan di Stadion Utama GBK, Senayan, Senin (8/10) kemarin.

Dari banyaknya jenis olahraga yang dilakukaannya, Supaniryati akhirnya memilih terjun ke cabang tolak peluru. Di samping itu, dia juga merasa cocok ketika mencoba latihan lempar cakram.

“Semua sudah saya coba, tapi lari tidak mungkin. Tolak peluru dan cakram yang sudah klop. Kalau lempar lembing kan harus lari, saya enggak kuat lari,” ucapnya sembari tersenyum.

Terlepas dari itu semua, Suparniyati mengaku keberhasilan tersebut diperolehnya berkat dukungan dari ibunya. Hal tersebut yang menjadi motivasinya dalam berlaga di kancah Asian para Games.

“Sebelum tanding, paginya ibu sudah menelepon untuk jangan grogi. Ibu juga berpesan harus rajin sholat,” ujar atlet asal Riau tersebut.

Suparniyati bahkan mengaku ibunya kerap memberikan wejangan agar dirinya selalu fokus dalam meraih target. Salah satunya adalah dengan tidak perlu mendengarkan cibiran dari oknum-oknum tertentu.

“Jadi dari dulu saya diajarin tidak usah dengerin kata-kata orang lain, ya udah kamu-kamu saja. Ibu bilang fokus latihan saja,” tuturnya.

Terbukti dari wejangan tersebut, Suparniyati berhasil meraih medali emas. Bahkan keberhasilan ini merupakan emas pertama yang disumbangkan oleh cabang olahraga atletik.

Atas keberhasilan yang Supatniyati dapatkan, dia berencana akan memberikan hadiah berupa rumah untuk ibunya. Hal ini sekaligus sebagai bentuk rasa kasih sayang dan balas jasanya kepada sosok yang telah melahirakannya.

“Saya ingin bikinin rumah. Rumah sudah ada, tapi itu dari bapak. Saya ingin sekali bikinin rumah dari saya sendiri untuk ibu,” tutupnya.

Leave a Reply