Saat putus cinta, sulit rasanya untuk berpikir jernih. Aktivitas sehari-hari bakal terganggu, mulai dari pekerjaan sampai istirahat. Bagi beberapa orang, putus cinta adalah sesuatu hal yang sangat menyakitkan dan bisa berujung depresi.
Melihat fakta-fakta di atas, para ilmuwan lantas mencari tahu alasan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Diterbitkan dalam jurnal Neurolmage: Clinical, para peneliti menemukan fakta bahwa ketika seseorang baru putus cinta dari sebuah hubungan, maka otak tidak akan bekerja atau berfungsi dengan baik, menghasilkan komunikasi pada pola yang abnormal dan mengurangi fungsi otak secara kognitif.
Pola otak yang tidak biasa dan tidak terorganisir dengan baik itu dihasilkan dari depresi, tetapi sedikit yang diketahui tentang bagaimana komunikasi saraf terdampak depresi tersebut. Namun yang pasti, banyak orang mengalami hal tersebut setelah berakhirnya sebuah hubungan romantis.
Untuk menyelidiki itu semua, para peneliti lantas memindai 69 otak dari orang yang baru putus cinta. Hasilnya, dari 69 otak yang dipindai, tak seorang pun yang didiagnosis mengalami depresi. Usai melakukan pemindaian, para peneliti mencatat bahwa keparahan gejala-gejala ini berkorelasi langsung dengan defisit kemampuan otak untuk memproses informasi.
Sebagai tambahan, pemindaian menemukan korelasi langsung antara parahnya gejala depresi dan penurunan yang beragam pada kemampuan otak. Hal tersebut menunjukkan tingkat spesialisasi pada otak, setiap bagian otak yang berbeda melakukan tugas berbeda.
Berdasarkan penemuan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa pengalaman hidup yang negatif dapat berdampak buruk terhadap kinerja otak, dan karenanya dapat memicu penurunan kesehatan mental pada orang.
Editor : Parna
Sumber : kumparan