Payudara perempuan memiliki daya tarik yang sangat menggoda di mata sebagian pria. Ilmuwan sejauh ini masih belum bisa menjelaskan secara pasti mengapa ada perasaan terikat atau fiksasi pria terhadap payudara perempuan. Semua baru sebatas teori dan studi.

Secara biologis, obsesi pria pada payudara ini cukup aneh. Manusia adalah satu-satunya mamalia yang pejantannya, dalam hal ini pria, terpesona oleh payudara dalam konteks seksual, menurut laporan The HuffPost.

Sementara perempuan adalah satu-satunya mamalia betina yang payudaranya membesar saat pubertas, di luar masa kehamilan. Manusia juga menjadi satu-satunya spesies yang prianya membelai, memijat, dan bahkan secara oral merangsang payudara perempuan selama foreplay dan berhubungan seks.

Lantas, apa yang membuat payudara perempuan memikat di mata pria?

Antrolog Owen Lovejoy pernah berpendapat, evolusi telah menempatkan organ reproduksi perempuan dan pria untuk menarik pasangan. Dalam hipotesisnya, evolusi juga berlaku pada payudara perempuan menjadi tanda unik seksual.

ilustrasi puting payudara

Sementara teori lain menyebut, evolusi mengubah payudara sebagai cara perempuan memberi sinyal kepada pria bahwa ia memiliki nutrisi yang cukup, menjadikannya kandidat pasangan ideal untuk bereproduksi. Lalu, ada riset di jurnal ScienceDirect yang rilis pada 1995 lalu menemukan, pria lebih suka payudara, khususnya yang berukuran besar, dan rasio pinggang hingga pinggul yang melengkung ala jam pasir, suatu bentuk tubuh yang menyampaikan kesan muda dan kesuburan.

Kemudian studi di jurnal Proceedings of the Royal Society B yang terbit pada 2004 menemukan, perempuan dengan payudara besar memiliki kadar hormon estradiol mid-cycle lebih tinggi. Hormon tersebut diketahui dapat meningkatkan kesuburan seseorang.

Payudara dalam budaya

Walau banyak teori dan riset, semua itu masih perdebatan. Apalagi masih belum diketahui secara pasti apakah payudara dipuja secara universal oleh pria.

Dalam sebuah studi yang meneliti 191 kebudayaan pada 1951, antropolog Clellan Ford dan ahli etologi Frank Beach melaporkan bahwa hanya 13 dari ratusan kebudayaan tersebut yang menganggap payudara penting secara seksual bagi pria. Sebanyak 13 kebudayaan pernah melakukan stimulasi pada payudara saat melakukan hubungan seks. Tetapi hanya tiga kebudayaan di antaranya yang menganggap payudara memiliki daya tarik seksual.

Ilustrasi payudara

Dalam pandangan budaya, pria secara biologis tidak begitu tertarik pada payudara. Tetapi, para pria dapat dilatih sejak usia dini untuk menganggap payudara adalah suatu hal yang erotis.

“Manusia dapat belajar untuk melihat payudara sebagai daya tarik seksual. Kita dapat belajar untuk menyukai payudara yang panjang menjuntai atau payudara yang bulat, tegak. Kita dapat belajar untuk menyukai payudara besar,” tulis antropolog Katherine Dettwyler dalam buku berjudul ‘Breastfeeding: Biocultural Perspectives’, seperti dikutip Live Science.

Dari menyusui bayi hingga kepuasan seksual

Tugas utama payudara perempuan adalah untuk memberi makan anaknya. Hal ini membuat para peneliti menduga bahwa ketertarikan seksual pada payudara telah membajak sirkuit saraf menyusui dan menggunakannya untuk tujuan lain.

Larry Young, profesor ilmu penyakit jiwa di Emory University menduga, evolusi manusia telah memanfaatkan sirkuit saraf yang aslinya berkembang untuk memperkuat hubungan antara ibu-bayi saat menyusui. Namun sirkuit saraf itu kini digunakan untuk memperkuat hubungan antarpasangan. Hasilnya, para pria jadi berkelakuan seperti bayi, menyukai payudara.

Ketika puting susu terstimulasi saat menyusui, neurokimia oksitosin atau “obat cinta” akan membanjiri otak wanita alias si ibu, membantunya fokus perhatian dan kasih sayang pada bayinya. Namun, riset beberapa tahun lalu menunjukkan, sirkuit itu kini tidak lagi eksklusif bagi bayi saja.

Ilustrasi Payudara

Sejumlah riset baru menemukan, stimulasi puting susu meningkatkan rangsangan seksual pada sebagian besar perempuan. Hal itu juga mengaktivasi area otak yang sama saat vagina dan klitoris distimulasi.

Ketika pasangan seksual menyentuh atau merangsang payudara perempuan, Young menjelaskan hal tersebut memicu pelepasan oksitosin di otak wanita, sama saat sedang menyusui. Tetapi dalam konteks ini, oksitosin membuat wanita memusatkan perhatiannya pada pasangan seksualnya, menguatkan keinginan untuk berhubungan dengan pasangannya.

Dengan kata lain, pria dapat menjadikan diri mereka lebih menarik dengan melakukan stimulasi pada payudara perempuan. Dan evolusi secara tidak langsung telah membuat pria ingin melakukan hal tersebut.

Teori itu telah dijelaskan Young dalam bukunya berjudul “The Chemistry Between Us”. Ketertarikan pria pada payudara perempuan disebutnya sebagai hasil dari evolusi dan telah terjadi ketika pria memasuki masa pubertas.

Ilustrasi payudara

Berdasarkan teori tadi, evolusi diduga punya peran dalam membuat pria menyukai payudara perempuan secara seksual. Namun dugaan itu sedikit berbeda dengan riset yang dilakukan antropolog Ford dan Beach pada 1951 lalu, yang sebut hanya ada tiga kebudayaan, dari 191 kebudayaan di dunia, yang prianya menilai payudara memiliki daya tarik seksual.

Untuk menguatkan hipotesis tersebut, para peneliti masih membutuhkan studi yang lebih mendalam dengan bukti kuat. Young, yang juga berteori evolusi secara tidak langsung ikut berperan, pun mengaku belum melakukan riset yang cukup untuk mempelajari stimulasi payudara saat melakukan hubungan seksual dalam beberapa kebudayaan yang berbeda.

Kondisi ini menjadikan teori yang mengatakan evolusi telah membuat pria memiliki ketertarikan pada payudara perempuan masih tanda tanya dan dapat diperdebatkan. Kita hanya bisa menunggu penelitian lanjutan yang bisa menjelaskan mengapa pria menyukai payudara perempuan masih dapat diperdebatkan.

Editor: PARNA
Sumber: kumparan