Virus corona yang menyebar dari Wuhan, China tidak hanya membawa dampak pada gangguan kesehatan di berbagai negara dunia, namun juga berimbas pada dunia pariwisata. Banyak calon wisatawan takut untuk datang berkunjung ke negara-negara di Asia Tenggara karena takut terinveksi virus Covid-2019. Sejumlah negara di Asean diketahui telah terkonfirmasi virus corona, di antaranya Singapura, Thailand, Malaysia, Kamboja, dan Filipina.

Selain warga dunia yang ketakutan, kunjungan wisatawan juga menurun karena China berkontribusi besar wisatawan asing terbesar di kawasan Asean. China banyak mengurung warganya untuk tidak meninggalkan negara itu di tengah wabah yang masih terus meluas. Kamboja dan Thailand Penurunan jumlah wisatawan misalnya dialami oleh Kamboja dan Thailand. Taman-taman gajah sepi pengunjung, perahu wisata tidak jalan, barang-barang antik di pasar tidak terjual saat tuk-tuk berhenti beroperasi.

Dari Luang Prabang di Laos utara hingga Pattaya di Thailand, Hoi An di Vietnam, dan kota kasino Kamboja, Sihanoukville terdampak virus corona dari Wuhan, China. Potensi pemasukkan jutaan dollar Amerika dari kunjungan wisatawan itu pun hilang akibat kondisi tersebut.

“Kami tidak kedatangan turis China 10 hari ini sejak mereka menutup akses dari Yunnan. Bisnis menurun 20-30 persen, saya akan merugi,” kata seorang pedagang di Colonial Town, Luang Prabang, Laos seperti dikutip dari AFP.

Sementara itu, di Thailand, wisatawan China per tahunnya yang mengunjungi Negeri Gajah Putih itu bisa mencapai 10 juta orang. Kemerosotan itu dirasakan Thailand, di mana otoritas pariwisata mengatakan kedatangan dari China – biasanya mendekati satu juta per bulan – telah anjlok hingga 90 persen sejauh Februari ini.

Indonesia

Terbawa dalam arus yang sama, pariwisata di Indonesia turut mengalami penurunan. Angka wisatawan asing tetap menurun meskipun negara ini belum memiliki satu kasus pun virus corona.

“Hal ini (krisis kesehatan global) tentu akan berdampak terhadap perekonomian global, terlebih terhadap pariwisata, karena China merupakan penyumbang wisatawan terbanyak di dunia,” kata Kepala Biro Komunikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Agustini Rahayu.

Tidak hanya wisatawan China, wisatawan dari negeri lain juga turut menunda keberangkatannya karena wilayahnya yang juga terjangkit virus dengan nama resmi Covid-19. Nia Niscahya, Deputi Pemasaran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia menyebut dalam setahun, turis China yang berkunjung ke Indonesia mencapai 2 juta orang. Jika diasumsikan satu orang turis China sekali datang bisa menghabiskan uang sebesar 1.400 dollar AS, Nia menggambarkan, maka dalam setahun devisa pariwisata berkurang Rp 40 triliun.

“Dampaknya sangat menghambat sekali,” kata Nia dikutip dari Kompas.com (12/2/2020). Pemerintah Indonesia mengaku memiliki cara untuk menjaga perekonomian masyarakat yang bertumpu pada kegiatan pariwisata. “Kemenparekraf bersama dengan stakeholder pariwisata akan merumuskan berbagai langkah dan strategi agar sektor jasa dan industri pariwisata tetap tumbuh sebagai mesin penggerak ekonomi dan penyumbang utama devisa negara,” jelas Rahayu.

Namun terlepas dari itu semua, Pemerintah terus mengutamakan aspek kesehatan, keselamatan, dan upaya perlindungan segenap masyarakat Indonesia yang saat ini masih dinyatakan bebas dari virus corona.

“Kami juga sangat menghargai segala upaya yang dilakukan oleh Pemerintah China dalam upaya pencegahan dan pemulihan terhadap wabah virus corona ini,” kata Rahayu.

Editor: PARNA
Sumber: kompascom