Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi buka suara terkait aksi unjuk rasa yang dilakukan sejumlah massa dari Gerakan Aksi Damai #savebabi di depan DPRD Sumut, Senin (10/2).

Edy mengatakan unjuk rasa tidak tepat jika diarahkan ke Pemprov Sumatera Utara. Sebab pihaknya tidak memiliki rencana untuk memusnahkan seluruh babi yang ada di Sumut.

“Yang mau memusnahkan (babi) siapa ?” kata Edy menjawab pertanyaan wartawan di kantor Gubernur Sumut.

Edy mengatakan saat ini Pemprov Sumut terus bekerja menangani persoalan babi yang terjangkit wabah flu babi (hog cholera) atau African Swine Fever (ASF). Bahkan Edy sudah meminta semua pihak yang terlibat dalam penanganan babi untuk ikut mencari solusi permasalahan ini.

“Untuk itu harus bersama-sama kita mengatasinya. Tak bisa dijadikan itu persoalan, ribut sana ribut ini. Kita sudah berkali-kali rapat membahas bagaimana jalan keluarnya,” ucap Edy.

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi

Sejauh ini upaya yang bisa dilakukan Pemprov Sumut hanya sebatas pencegahan. Mulai dari pemberian disinfektan hingga memantau arus keluar masuknya babi dari daerah terjangkit virus hog cholera karena belum ditemukan vaksin penyembuh babi yang terkena virus itu.

“Satu-satunya jalan kita hanya mencegah dengan membersihkan tempat-tempat itu. Kedua babi-babi yang terinfeksi wabah hog cholera ini kita musnahkan yang terinfeksi. Karena belum ada obatnya. Kita melarang rakyat membuang babi-babi sembarangan kalau dia sudah mati,” tegas Edy.

Mengenai permintaan ganti rugi dari pemilik babi yang mati, Edy mengatakan hal itu tidak mungkin dilakukan oleh Pemprov Sumut. Kata Edy, jumlah babi di Sumut mencapai 2 juta ekor sehingga dibutuhkan Rp 4 triliun jika permintaan itu dituruti.

“Siapa yang mau ganti. Bukan itu persoalannya,” ujar Edy.

Edy mengatakan pihaknya tetap membahas bantuan pengganti mata pencaharian masyarakat yang babinya mati karena wabah ini.

“Kalau itu yang dia minta, enggak usah pakai demo. Itu lah yang kita bicarakan, itu kita bahas,” tutup Edy.

Editor: PARNA
Sumber: CNN Indonesia